Malam terasa sangat panjang dan seram. Terangnya bulan yang muncul dari balik awan pekat hanya menjadi sebuah pertanda kegelapan baru yang menyelimuti bumi. Kota Metropolis tak ubahnya seperti kota mati. Jalan-jalan dipenuhi oleh bangkai mobil dan puing-puing bangunan yang terbakar. Asap hitam dan bau karet yang pekat membuat pemandangan menjadi makin suram. Ledakan keras menggema mengagetkan semua orang yang masih terjaga. Kilatan cahaya terang membutakan mata melesat ke segala arah. Hanya dalam hitungan detik, jalanan yang sudah hancur menjadi makin hancur. Lubang besar berukuran hampir tiga meter tercipta akibat dari ledakan yang baru saja terjadi.
“Mereka sudah datang!!” pekik salah satu dari sedikit tentara penjaga keamanan yang masih tersisa.
Semua mata serentak tertuju ke arah yang ditunjuk. Sosok-sosok bertubuh tinggi besar bermunculan dari balik asap. Berlompatan dengan kelincahan yang mengagumkan untuk ukuran tubuh setinggi dan sebesar itu. Sudah setahun terakhir penduduk bumi tidak pernah merasakan kedamaian bahkan untuk hal yang paling kecil sekalipun. Kata damai seakan sudah terhapus dari kosa kata hampir seluruh umat manusia di bumi. Teror demi teror seolah tidak pernah berhenti menghantui semua orang. Berita orang hilang setiap hari seolah sudah tidak menjadi hal yang bisa dianggap penting lagi. Berita kematian, penculikan dan pembunuhan silih berganti mengganggu pikiran. Semua itu berawal dari bangkitnya pasukan NEO NAZI yang terus menguat dalam beberapa tahun belakangan ini. Kekuatan mereka meningkat secara pesat seolah rumput yang tumbuh di musim hujan. Tidak pernah ada yang tahu bagaimana caranya mereka bisa membangun kekuatan yang begitu besar dalam sekejap. Hanya dalam hitungan bulan, Neo Nazi sudah mencapai ratusan ribu orang. Banyak ilmuwan yang menduga kekuatan mereka mendapat dukungan dari makhluk angkasa luar, tapi tidak ada satupun yang bisa membuktikan kebenarannya.
Kekuatan Neo Nazi makin tak terbendung ketika mereka berhasil menciptakan sosok makhluk super yang nyaris tak terkalahkan. Makhluk itu sering disebut sebagai DEX, berwujud manusia setengah gorila setinggi hampir dua meter, berbulu warna kecoklatan. Dan pasukan DEX itu sekarang sedang dihadapi oleh para tentara penjaga keamanan.
“Tuhan lindungi kami..” Desis tentara yang sedang berhadapan langsung dengan salah satu DEX. Tapi doa itu teputus di tengah jalan ketika tangan DEX yag kekar bergerak. Jerit kesakitan menggema ke segala penjuru. Dalam sekejap mata pasukan yang tidak seberapa itu tercerai berai. Para DEX mengamuk dengan membabi buta. Sementara pasukan yang masih bisa melawan mencoba menembakkan senjatanya, meskipun tampaknya tidak ada satupun peluru yang bisa melukai tubuh para DEX tersebut. Peluru-peluru itu mental begitu saja ketika betemu dengan kulit mereka seperti membentur dinding baja.
“Mundur..!!” teriak komandan mereka, Mayor Grant, dengan putus asa. Tak perlu dikomando dua kali, para tentara yang tersisa itupun kabur tunggang langgang menyelamatkan diri ke sebuah gedung kosong. Anehnya tidak ada satupun DEX yang mengejar mereka. Ataukah benar begitu? Ternyata tidak. Para DEX itu hanya sekedar menunggu untuk menciptakan teror lebih besar. Sementara di dalam gedung yang sudah rusak itu, para tentara hanya bisa berdoa menunggu maut yang setiap saat bisa datang.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang Mayor?” tanya salah satu anak buah Mayor Grant yang wajahnya terluka parah dan berdarah-darah.
“Berdoa.. semoga ada yang menolong kita..” Mayor Grant menjawab lirih.
“Tapi siapa yang bisa menghadapi mereka?” tanya si anak buah lagi. “Superman sudah gugur, J-League pun mereka hancurkan sampai tak tersisa..”
Mayor Grant menekan rasa takut di hatinya dengan menelan ludah.
“Masih ada Wonder Woman.. semoga dia bisa menolong kita…” jawab Mayor Grant pelan, meski begitu jelas sekali kalau dia ragu-ragu dengan jawabannya sendiri. Dia ingat betul bagaimana para DEX menyerbu dan menghancurkan Justice League, membunuhi anggotanya dan menangkapi mereka yang tersisa. Wonder Woman bisa lolos hanya karena dia tidak ada di tempat pada saat peristiwa menyedihkan itu terjadi.
Ledakan keras membuyarkan pembicaraan mereka. Dinding terakhir yang bisa melindungi mereka meledak berkeping-keping menciptakan lubang besar.
“Mayor..” Si anak buah mencengkeram senapan M 16nya erat-erat. Dia tahu senjata di tangannya tidak berarti apa-apa bagi para DEX itu, tapi dia tidak mau mati tanpa melawan.
“Tahan..” Mayor Grant memberi perintah. Seluruh anak buahnya terheran dengan perintah itu tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Mayor Grant. Selama beberapa menit kedua pihak hanya saling diam dan menunggu.
“Buang senjata kalian..” bisak Mayor Grant pada anak buahnya yang berdiri paling dekat.
“Apa?” si anak buah tidak mengerti. Tapi Mayor Grant berkeras menyuruh anak buahnya menjatuhkan senjata. Sebuah efek yang tidak diduga muncul. Para DEX itu saling berpandangan sejenak. Lalu salah satu dari mereka menggeram sambil menunjuk ke arah lantai.
“Apa yang mereka inginkan..?” tanya anak buah Mayor Grant.
“Mereka ingin kita menyerah dan berlutut..” jawab Mayor Grant. “Sudah kuperhatikan selama ini, para DEX itu hanya membunuh jika kita melawan.”
Anak buah Mayor Grant hanya saling berpandangan dengan keterangan komandannya, tapi mereka akhirnya mengikuti saran Mayor Grant. Mereka meletakkan senjata dan mengangkat tangan di belakang kepala sambil berlutut. Benar ucapan Mayor Grant, para DEX itu tidak lagi menunjukkan keinginan untuk membunuh meskipun mereka masih sama mengerikannya. Beberapa DEX menjulurkan tangannya ke depan dengan telapak tangan terbuka, dan seperti ada lubang membuka di telapak tangan mereka, seutas tali meluncur dari telapak tangan para DEX itu dan membelit para tentara yang menyerah itu dengan erat. Entah terbuat dari bahan apa tali itu tapi tali itu selain kuat juga liat, memudahkan para DEX menggiring tentara-tentara yang kalah itu. Di luar, sesosok tubuh ramping seorang wanita berkostum ketat semacam korset merah berhiaskan logo dua huruf W yang tertumpuk jadi satu berwarna kuning emas dan celana superpendek nyaris menyerupai celana dalam, berwarna biru berhiaskan bintang bintang putih dengan sepatu boot merah, berlutut di depan tumpukan mayat tentara yang bergelimpangan, wajah cantiknya menyiratkan kesedihan dan sekaligus kemarahan yang luar biasa. Air mata mengalir membasahi pipinya yang halus. Wanita cantik berambut hitam panjang itu menengadah melepaskan perasaannya, tiara keemasan berlogo bintang warna merah yang dikenakan di dahinya berkilatan tertimpa cahaya bulan. Secepat kilat wanita cantik itu itu melesat dengan sangat ringan dan berlompatan di tembok-tembok bangunan. Wajahnya yang cantik sekarang tampak begitu marah. Dia melompat ke angkasa dan melayang selama beberapa saat. Wanita cantik itu ternyata bisa mengambang di udara, kemudian dia segera melesat terbang.
Para DEX menggiring tentara-tentara yang terikat menuju ke suatu tempat yang merupakan bekas gedung yang sudah runtuh dan merupakan tanah lapang yang cukup luas, dimana di situ sudah menunggu sebuah pesawat pengangkut dengan logo Swastika putih dalam lingkaran merah, lambang Neo Nazi. Tidak lama kemudian bagian perut pesawat yang berukuran sedang itu membuka ke bawah, menciptakan sebuah pintu tingkap dengan tangga. Seorang pria dengan seragam hijau tentara berjubah merah dan sepatu boot hitam mengilap turun dari pesawat. Wajahnya seram dengan kepala tanpa rambut, kecuali sejumput rambut dengan potongan ala Mohican menghiasi kepalanya. Wajahnya yang hitam makin seram dengan hiasan cambang dan janggut yang tidak terawat. Meski begitu tampaknya wibawa orang itu begitu besar, sampai para DEX yang mengerikan pun tunduk padanya. Terbukti ketika pria itu menatap para DEX, mereka menundukkan wajah.
“Cuma segini hasilnya..?” tanya pria itu dingin. Para DEX diam saja mendengar suara pria itu. Kemudian salah satu dari DEX itu menggeram selama beberapa lama seperti mengajak bicara. Ketika DEX itu menggeram, sebuah suara muncul dari ikat kepala ikat pinggang yang dipakainya, suara yang mirip dengan suara robot.
“Tujuan utama kita bukan untuk itu komandan Hans..” suara robot yang kaku itu menjawab pertanyaan pria yang disebut sebagai Komandan Hans.
“Apa kau yakin dengan siasat aneh itu?” tanya Hans lagi pada DEX yang menjawab pertanyaannya.
“Saya tidak pernah meragukan perintah Der Fuehrer..” jawab DEX tersebut diplomatis.
“Aku juga tidak bermaksud meregukan perintah Der Fuehrer..” jawab Hans buru-buru. “Tapi apakah dia akan masuk pancingan kita dengan begitu mudah?”
“Saya yakin Komandan, kita sudah menghancurkan Justice League, dia pasti akan muncul untuk membalas dendam.” Jawab DEX.
Belum sempat Komandan Hans menjawab, dari udara terdengar suara menderu. Sesosok bayangan melesat dengan kecepatan tinggi menuju ke arah mereka. Seketika suara benturan diiringi cipratan debu melanda tanah lapang itu. Getaran keras menggoyahkan siapa saja yang bisa berdiri. Sesosok tubuh tinggi dan ramping berjalan keluar dari kepulan debu.
“Wonder Woman..” desis Mayor Grant ketika melihat sosok yang berjalan mendekat. Para DEX serentak membalik, hanya dalam sekejap mereka kembali ke sifat asli mereka yang buas.
“Selamat datang Wonder Woman.. Kami sudah menunggumu.” Komandan Hans terlihat sangat tenang dan percaya diri meskipun yang dihadapinya saat itu adalah seorang manusia adikodrati yang memiliki kekuatan super nyaris tanpa tanding.
“Kalian pikir kalian hebat, eh?” tanya Wonder Woman dengan suara bergetar menahan kemarahannya. “Tunggu saja..”
“Tunggu saja apa?” Hans mengejek dengan senyumnya yang menyebalkan. “Kalau kau pikir kau bisa mengalahkan kami, ayo maju dan hadapi kami.”
Wonder Woman menatap Hans dengan penuh kebencian, darahnya seperti mendidih, sebagai superhero, baru kali ini dia menerima penghinaan semacam itu. Tanpa ragu lagi dia melesat menyerbu ke arah Hans, tapi baru beberapa meter, para DEX serentak menghadang.
“DUKK..!!!” Benturan keras diirngi pekik tertahan menggema. Tubuh Wonder Woman terdorong beberapa langkah ke belakang. Dia baru saja berbenturan dengan salah satu DEX yang paling depan. Wonder Woman terkejut mengetahui kekuatan para DEX. Dia baru saja melontarkan sebuah pukulan keras dengan setengah tenaganya, tapi DEX yang menghadangnya tampak tidak terluka sedikitpun, bahkan dia hanya terdorong beberapa langkah.
“Bagaimana Cantik?” Hans yang berdiri beberapa meter terlihat tersenyum mengejek seolah sudah berjaya.
Wonder Woman makin mendidih. Darah Amazoniannya bergolak hebat. Sekali lagi dia menyerang. Kecepatan dan kekuatannya memang hebat, wanita sakti itu bisa bergerak dengan gesit di tengah-tengah kerumunan para DEX yang menghadangnya. Setiap pukulan atau tendangannya berhasil membuat para DEX itu jatuh. Meski begitu tidak ada satupun DEX yang terluka oleh pukulannya, bahkan tiap kali mereka menyentuh tanah, kekuatan mereka seolah menjadi berlipat ganda.
“Kenapa bisa begini?” pikir Wonder Woman. Dia seperti menghadapi pasukan hantu yang selalu bangkit berapa kalipun mereka dipukul mundur. Dan dalam hitungan menit, Wonder Woman merasakan tekanan hebat mulai mengepungnya, sendirian menghadapi pasukan DEX yang luar biasa kuatnya membuat wanita sakti itu kewalahan.
“Gila!” Wonder Woman memaki dalam hati. “Mereka sepertinya juga punya kekuatan super.. Makhluk apa mereka ini?”
Tapi meski terdesak hebat, Wonder Woman tidak pernah takut. Keberaniannya sebagai seorang Amazonian sangat luar biasa. Dia terus melawan meskipun lawan yang dihadapinya seolah makin banyak. Tapi Wonder Woman sadar dia tidak bisa terus menerus begini. Pengalamannya bertempur membuatnya mengubah siasat untuk bertempur sambil mundur dan mencari celah yang tidak diduga. Akhirnya Wonder Woman memutuskan untuk mengubah cara bertempurnya. Dia segera melesat ke udara melepaskan diri dari kepungan para DEX, dalam pikirannya menyerang dari udara akan lebih leluasa ketimbang berduel di tanah.
“Mau kabur eh..?” Teriak Hans pada Wonder Woman yang mengambang sepuluh meter di udara. Dia segera memerintahkan sesuatu pada para DEX. Alangkah kegetnya Wonder Woman ketika dia melihat satu-persatu para DEX itu juga melesat ke udara.
“Mereka bisa terbang?” pekik hati Wonder Woman. Konsentrasinya sesaat pecah melihat kenyataan yang dihadapinya. Dan meski hanya sepersekian detik, kelengahannya itu harus dibayar mahal. Sebuah pukulan keras bersarang di perutnya disusul beberapa pukulan lain yang menghantam tubuhnya bertubi-tubi. Pukulan keras yang diterimanya membuat kesimbangan tubuh Wonder Woman limbung. Tubuh wanita cantik itu kehilangan kekuatan untuk mengambang di udara dan meluncur jatuh. Tapi belum lagi tubuh ramping itu menyentuh tanah, sekali lagi seorang DEX menghantamnya dengan pukulan luar biasa keras membuat Wonder Woman tersuruk jatuh membentur tanah dengan sangat keras. Suara bergedebuk mengerikan terengar saat tubuh wanita super itu membentur tanah dan terbanting beberapa kali.
Wonder Woman merasa tubuhnya hancur seperti baru saja dilindas oleh tank raksasa. Tulang tulangnya serasa patah berantakan. Tubuhnya membentur tanah dengan begitu kerasnya sampai bekas benturannya melesak menciptakan sebuah lubang yang cukup dalam. Wonder Woman merasa kepalanya berputar, pandangannya menjadi buram selama beberapa detik. Dan dalam keadaan setengah sadar itu dia melihat sosok-sosok DEX yang tinggi besar mendekat dan mengepungnya. Tapi keberanian wanita Amazonian itu memang luar biasa. Tidak sedikitpun dia menyerah meski tubuhnya terluka. Dia mencoba bangkit, tapi sekali lagi sebuah pukulan keras menghantamnya tepat di wajah membuatnya kembali tersungkur mencium tanah. Wonder Woman merasa pandangannya berkunang-kunang akibat pukulan keras yang mendarat di wajahnya itu. Antara sadar dan tidak, Wonder Woman merasakan para DEX mengepungnya dan mencekal tangannya dengan sangat kuat.
“Lepaskan..!” Wonder Woman berteriak sambil berusaha meronta, tapi puluhan DEX yang mengepungnya memaksanya berlutut dengan menginjak punggungnya. Wonder Woman tidak mau menyerah begitu saja, tapi sebuah pukulan keras membuat tubuhnya berhenti melakukan perlawanan. Wonder Woman terpaksa berlutut dengan tangan dipuntir ke belakang oleh dua DEX yang memeganginya, sementara satu DEX lain menginjak punggungnya sampai tubuh wanita cantik itu nyaris rata dengan tanah.
“tsk.. tsk.. tsk..” terdengar suara menghina. Hans tahu-tahu sudah berdiri di depan Wonder Woman. “Sudah kubilang bukan Wondie.. Sungguh sebenarnya kau terlalu cantk untuk dipukuli dan dihajar seperti ini..” kata Hans sambil mengangkat dagu Wonder Woman yang nyaris tidak bisa bergerak.
“Bunuh saja aku..” Wonder Woman berkata marah dengan tatapan mata yang mengerikan.
“Tidak.. tidak..” Hans menggeleng. “Aku bukan manusia kejam seperti para DEX itu. Lagipula membunuhmu berarti melawan perintah Der Fuehrer yang ingin mendapatkanmu hidup hidup..”
Wonder Woman tidak tahu apa yang dimaksud oleh Hans, tapi dia melihat ada seringai liar di wajah pria itu. Sebuah seringai aneh yang membuat nalurinya sebagai wanita merinding. Tapi Wonder Woman tidak sempat berkata apa-apa Hans tiba-tiba mencabut sebuah senjata yang mirip pistol perak kecil berujung runcing tipis seperti jarum, lalu Hans menusukkan ujung senjata itu ke leher Wonder Woman. Wonder Woman terpakik kecil merasakan benda runcing itu menembus kulit lehernya dan seperti menembakkan sesuatu ke dalam tubuhnya. Wonder Woman mencoba meronta, tapi tubuhnya yang sudah terluka tidak bisa melawan lagi. Dalam beberapa detik wanita itu merasakan tubuhnya kian lemas dan matanya makin buram. Sesaat kemudian wanita super yang cantik itupun terkulai lemas tak bergerak lagi.
***
Di sebuah pulau rahasia yang tidak terpetakan oleh satelit tercanggih dunia sekalipun, sebelah barat laut Samudera Pasifik, di sanalah NEO NAZI membangun pusat komando mereka. Markas besar mereka dilindungi oleh ribuan sistem pertahanan dan penyamaran paling hebat yang pernah diketahui oleh manusia sehingga membuat lokasinya tidak terdeteksi oleh satelit manapun di dunia ini. Markas besar NEO NAZI terletak di sebuah bukit yang tersamar oleh pepohonan. Bangunan kokoh dengan tembok-temboknya yang berwarna kelabu suram terlihat seperti jamur yang menempel di batang pohon. Gedung utama mereka berbentuk poligonal yang kaku dan tegas dengan bentuk bersegi segi membuat bangunan itu tampak sama sekali kaku dan tidak menarik. Dari luar, gedung utama itu terdiri dari lima lantai, meski jelas sekali kalau di bagian dalamnya, bagian yang berada di dalam perut bukit, terdapat beberapa lantai lagi yang tersembunyi di bawah permukaan tanah. Seorang pria kekar bertampang brutal, dengan rambut cepak dan bercambang lebat, berjalan tergopoh-gopoh menyusuri koridor yang diterangi deretan lampu putih terang. Dia berjalan menuju ke sebuah pintu yang dijaga ketat oleh dua orang pria berseragam hijau botol dengan senjata laras panjang tergenggam erat di tangan. Kedua pengawal penjaga pintu langsung memberi hormat secara sempurna begitu pria itu ada di depan mereka.
“Komandan Ribben.” Salah satu pengawal, yang juga tidak kalah seramnya, dengan wajah hitam terbakar dan memiliki bekas luka gores dalam di wajahnya, menegakkan badan. Pria yang disebut Komandan Ribben itu hanya mengangguk kaku.
“Yang Mulia Death Cross ada di dalam?” tanyanya dingin.
“Ya Komandan.” Jawab pengawal berwajah rusak itu. “Tapi.. beliau sedang menikmati hiburannya untuk hari ini. Harap Anda tunggu sebentar.”
***
Di dalam kamar yang terjaga ketat, sepasang tubuh terlihat sedang bergumul di atas ranjang dalam keadaan telanjang. Pasangan itu terlihat sangat berbeda, yang satu seorang wanita yang sangat cantik dengan tubuh putih mulus, sedang satunya lagi pria yang sudah tua berkepala botak dengan wajah kejam. Desah kenikmatan meluncur dari keduanya. Posisi tubuh si wanita cantik berada di atas. Dia terlihat bersemangat menggerakkan pantatnya turun naik, membuat vaginanya yang menyatu ketat dengan penis si pria terpompa keras.
“Ohh.. Ohh.. Ohh..” wanita cantik itu melenguh-lenguh penuh kenikmatan, sedangkan si pria yang tidak lain adalah Death Cross pimpinan Neo nazi itu hanya terdengar mendengus sesekali saat wanita cantik yang disetubuhinya menggerakkan pantatnya.
”Oohhhh… aaahhhh….” wanita cantik itu mengerang keras, tubuhnya mengejang-ngejang, gelombang orgasme hebat sedang melanda tubuh mulusnya yang kini seperti mengeras. Selama beberapa detik tubuh wanita itu menegang bagai selembar papan sebelum kemudian melemas dan terkulai dalam dekapan Death Cross. Death Cross segera menyuruh wanita cantik itu bangkit dan memerintahkan untuk mengocok penisnya. Death Cross menyuruh wanita itu mendekatkan wajahnya yang cantik ke arah penisnya yang menegang. Lalu.
“Crt… crt… crt… crt…” sperma Death Cross menyembur deras dan muncrat membasahi wajah wanita cantik itu. Wanita cantik itu tampak riang menerima semprotan sperma Death Cross, dia bahkan menjilati cairan kental itu dari penis Death Cross langsung. Tapi tiba-tiba.
“Bitch!” Death Cross memaki dan mendorong wanita cantik itu sampai terjengkang dan terguling jatuh dari ranjang. Wanita itu tampak begitu ketakutan dan menangis dengan tatapan bingung.
“Apa.. apa salah saya Tuanku..?” tanyanya dengan suara memelas. “Saya kan sudah mematuhi perintah anda..”
Tapi Death Cross justru makin marah melihat wanita cantik itu menangis. Seketika dia turun dan menjambak rambut panjang kemerahan wanita itu dengan kasar.
“Kau tidak mamuaskan aku!” kata Death Cross kejam sambil melempar wanita itu sampai jatuh terlentang di lantai. Wanita itu makin ketakutan, apalagi saat Death Cross memanggil dua orang anak buahnya yang dengan tergopoh-gopoh masuk.
“Bawa perempuan ini dan siksa dia! Lalu jadikan dia pelacur di Klub! Aku mau setiap hari dia diperkosa empatpuluh kali!” perintah Death Cross dingin seolah sedang memerintah anak buahnya mengepel lantai.
Wanita itu langsung meraung-raung ketakutan dan berlutut di bawah kaki Death Cross, tapi dua anak buah Death Cross segera menyeretnya keluar. Suara wanita itu masih terdengar selama beberapa saat sebelum akhirnya hilang sama sekali. Death Cross terdiam selama beberapa lama. Pikirannya tidak terfokus. Sebuah kenangan masa silam bergerak bagai kabut yang menutupi pandangan. Ingatan Death Cross seolah kembali ke masa kecilnya yang dia lalui dengan penuh kebencian dan kegetiran. Dilahirkan dari rahim seorang perempuan yang menjadi istri dari penjahat perang terbesar di dunia membuatnya senantiasa dikucilkan dan ditakuti sekaligus dibenci. Tidak ada satupun orang di lingkungannya yang mau menerimanya. Air mata sudah tidak ada artinya karena sudah terlalu sering tertumpah. Death Cross tumbuh menjadi seorang pria yang keras dan kejam. Kematian ibunya membuatnya makin kering dengan kelembutan yang pada akhirnya membuatnya mati rasa terhadap penderitaan orang lain. Death cross kemudian memutuskan untuk melarikan diri ke Amerika dan mengganti namanya menjadi Joseph Braun, menggunakan nama ibunya. Dia tumbuh di lingkungan paling brutal di sudut kumuh Metropolis. Bertahan hidup dengan cara-cara paling keras yang bisa dia lakukan. Hingga akhirnya dia berhasil memecahkan rahasia terbesar yang pernah disimpan oleh ayahnya, harta karun NAZI yang terpendam di sebuah tempat terpencil di pegunungan Alpen. Sejak saat itulah Death Cross kembali mengumpulkan kekuatan NAZI seperti pesan terakhir yang tertulis di buku harian ayahnya.
Dengan harta karun NAZI yang ditemukannya, Death Cross mulai membangun kembali kekuatan NAZI yang terkubur. Dia bahkan berhasil menemukan keturunan dari para petinggi NAZI, diantaranya Frederich Himmler yang merupakan anak dari Heinrich Himmler (1900-1945), komandan tertinggi Schutzstaffel atau Dinas Intelijen NAZI, yang juga konseptor dan komandan Kamp Konsentrasi NAZI yang menewaskan puluhan juta manusia. Ada juga Frank Baumann, yang merupakan anak dari Martin Bormann (1900-1945) Ketua Partai NAZI yang juga tangan kanan Hitler langsung. Dia juga berhasil menemukan Alexander Goebbels, anak Joseph Goebbels (1897-1945) ketua umum departemen propaganda NAZI yang menjadi corong utama ideologi Ultranasionalisme mereka. Masih ada lagi Edgar Göring, anak Hermann Göring (1893-1946) pimpinan angkatan udara Jerman yang merangkap Menteri Ekonomi. Edgar Goring dia temukan meringkuk di penjara Den Haag karena kasus pembobolan ABN Amro Bank. Death Cross juga terbang ke sudut-sudut Eropa untuk mencari kawan seideologi. Hans Frank. Jr, anak dari Hans Frank (1900-1946), Gubernur Jenderal pemerintahan militer NAZI. Frank junior dia temukan menggelandang di sudut kumuh kota Warsawa. Johann Ribben, anak dari Joachim von Ribbentrop (1893-1946), menteri Luar Negeri NAZI dia temukan di Turki sebagai mucikari kelas teri. Rudolf Frick, anak dari menteri Dalam Negeri NAZI Wilhelm Frick (1877-1946) dia temukan di jalanan kota Praha. Oscar Henrich, anak Reinhard Heydrich (1904-1942) Komandan Dewan Keamanan Nasional NAZI ditemukannya di sudut kelam kota Paris, sedangkan Max Schirach, anak dari Baldur von Schirach (1907-1974), ketua hakim militer NAZI, menjadi hacker di Roma.
Sebuah bunyi bel membuyarkan lamunan Death Cross. Seketika dia menyambar pakaiannya dan mengenakannya secara sembarangan. Death Cross mengambil sebuah alat pengendali dan menekan tombol yang ada di situ. Pintu yang terbuat dari bahan logam kokoh terbuka. Komandan Ribben tergesa-gesa masuk.
“Johann.. ” Death Cross mengerutkan keningnya melihat Komandan Ribben berjalan terburu-buru memasuki ruangan. “Ada apa?” Tanya Death Cross pendek sambil membereskan bajunya. Johann yang paham akan kegemaran bosnya sedikit ketakutan meski tampak percaya diri.
“Maaf Yang Mulia..” ujar Johann. Dia lalu berbisik kea rah telinga kanan bosnya itu. Sedetik kemudian wajah Death Cross langsung berubah berseri-seri dan penuh kemenangan.
“Dat es gud…!” kata Death Cross dengan suara penuh kegembiraan. “Di mana dia sekarang?”
“Dia ada di tempat yang sudah disiapkan Yang Mulia.” Jawab Johann dengan senyum tidak kalah senangnya.
“Bagus..” kata Death Cross kalem. “Raus…” katanya menyuruh Johann pergi. Dan tanpa diperintah dua kali, Johann langsung ngeloyor pergi.
“Kau boleh menikmatinya setelah aku selesai dengannya…” kata Death Cross kemudian, membuat Johann menoleh dan tersenyum cerah.
***
Wonder Woman membuka matanya, pandangannya terasa berkunang-kunang dan buram selama beberapa detik. Kesadarannya belum pulih sepenuhnya, tubuhnya terasa sakit sekali. Wonder Woman tidak tahu berapa lama dia pingsan. Dia hanya ingat kalau dirinya baru saja dikalahkan untuk pertama kali sepanjang hidupnya.
“Di mana aku..?” kata Wonder Woman lemah sambil menoleh ke segala arah.
Dia merasa ada yang aneh dengan posisi tubuhnya. Ketika kesadarannya pulih sepenuhnya barulah dia tahu kalau posisi tubuhnya saat ini tengah terbelenggu pada sebuah cakram logam padat dan sangat tebal dengan empat buah lengan yang mencuat ke empat penjuru. Cakram itu disangga oleh sebatang logam kokoh yang menancap ke lantai. Dan di cakram itulah Wonder Woman terbelenggu erat. Empat buah gelang logam setebal hampir sepuluh senti masing-masing mengunci pergelangan kaki dan tangannya dengan erat membuat wanita super itu nyaris tidak dapat bergerak. Tubuhnya seperti terentang ke empat arah yang berbeda seperti huruf X. Sebuah logam tipis lebar yang terhubung dengan beberapa helai kabel mengalungi lehernya yang jenjang dengan ketat. Wonder Woman mencoba meronta untuk mematahkan belenggu logam yang mengunci pergelangan tangan dan kakinya, tapi meski berusaha sekuat tenaga, belenggu itu tetap tidak tergoyahkan.
“Ohh.. Kenapa ini..?” Wonder Woman berkata gugup. Untuk pertama kali sepanjang hidupnya dia merasa cemas. Berkali-kali dia berusaha mematahkan belenggu logam itu tapi tidak berhasil. Sebagian tenaganya seolah hilang. Wonder Woman tidak menyadari pengaruh suntikan yang ditusukkan ke lehernya oleh Komandan Hanslah yang menghilangkan sebagian tenaga supernya.
Wonder Woman mencoba tenang sambil memandang ke segala arah. Dia berada di sebuah ruangan besar yang seluruh dindingnya terbuat dari logam warna perak kusam. Di sebelah kanan dan kirinya terdapat deretan layar monitor LCD yang menempel di tembok dan beberapa diagram tubuh manusia. Ada sebuah meja panjang, juga terbuat dari logam, yang diatasnya terdapat benda-benda aneh seperti senjata tajam. Ada juga deretan alat seperti yang pernah dipakai oleh Hans di sebuah lemari kaca. Wonder Woman menduga dirinya berada di sebuah laboratorium percobaan atau semacamnya. Tidak ada jendela di ruangan itu, hanya ada sebuah pintu berbentuk trapesium tepat di hadapannya. Sementara Wonder Woman memperhatikan posisi tubuhnya yang terbelenggu berada sekitar tigapuluh senti dari lantai. Ruangan itu sangat dingin oleh udara AC yang disetel dengan suhu rendah. Wonder Woman merasa sedikit kedinginan, apalagi dengan pakaian minim yang dikenakannya. Bau freon bercampur pengharum ruangan tercium samar.
“Di mana ini..?” Wonder Woman memandang ke sekeliling. Terasa sepi sekali, tidak ada suara sedikitpun di ruangan itu seolah ruangan itu dibuat kedap suara membuat telinga Wonder Woman sedikit berdengung.
“Kau ada di markasku Wonder Woman..” terdengar suara menggema. Wonder Woman menoleh mencari-cari asal suara itu, tapi tidak ada siapapun kecuali dirinya di ruangan itu. Suara itu sendiri berasal dari pengeras suara yang dipasang di atap.
“Siapa kau?” Wonder Woman berteriak lantang. “Tunjukkan dirimu..”
“Wonder Woman .. Wonder Woman.. kau memang cantik meski sedang marah..” suara itu berkata lagi. “Tidak perlu berteriak-teriak seperti itu.. Aku pasti datang untukmu.”
Wonder Woman merinding mendengar suara itu, seolah ada getaran aneh yang merayapi hatinya. Tiba-tiba pintu di depannya membuka ke samping. Seorang pria masuk ke ruangan. Berseragam warna biru gelap dengan jubah juga biru gelap, sepatu bootnya yang tinggi berkilau tertimpa cahaya lampu. Logo NAZI tertempel di dada kirinya. Pria itu berkulit gelap dan tegap meski sudah tua. Umurnya jelas terlihat dari wajahnya sudah diatas 60 tahun. Wajahnya berkerut-kerut meski tampak masih kuat dan gagah. Wajah itu terlihat dingin dan memancarkan kekejaman dengan sorot mata yang angkuh. Berkepala licin, janggut dan kumisnya yang kelabu tertata rapi dan menyatu.
“Kau.. kau..” Wonder Woman terkejut bukan kepalang.
“Yeah.. ini aku.. Death Cross, atau untukmu, kau boleh menyebutku dengan nama asliku, Joseph Hiedler…”
“Hiedler..” Wonder Woman terperangah sesaat. “Jadi kau…”
“Der Fuehrer..” jawab pria yang mengaku bernama Death Cross atau Joseph Hiedler itu. “Dan Adolf Hitler adalah ayahku..”
“Kau.. ” Wonder Woman tidak bisa berkata apa-apa saking marahnya. Di hadapannya sekarang berdiri manusia yang bertanggung jawab atas semua kerusakan yang terjadi di dunia ini selama lima tahun terakhir, yang menyebabkan ribuan orang mati dan ribuan lainnya hilang entah ke mana.
“Kau manusia paling menjijikkan yang pernah hidup..” Wonder Woman berkata sengit. Dia berusaha kembali untuk membebaskan diri, tapi kali ini ada reaksi yang membuat wanita super itu kesakitan. Gelang yang dipasang di lehernya bergetar dan mengeluarkan desisan keras.
“AHHKK!!!! OOHHHH!!” Wonder Woman menjerit kesakitan, lehernya seperti ditusuk oleh ribuan paku dan dipanggang oleh api yang sangat panas. Sebuah sengatan listrik puluhan ribu volt mendera lehernya membuat wanita super itu sangat kesakitan.
“Aku tahu kau memang kuat Wondie.. tapi kau tidak kebal dan bisa merasakan sakit..” kata Death Cross sambari tersenyum. Dia seolah merasa mendapat hiburan melihat wanita cantik di hadapannya itu menggeliat dan menjerit kesakitan.
“Lihat saja sampai seberapa kuat kau bisa bertahan Sayangku..” tambah Death Cross ketika melihat Wonder Woman yang menggeliat menahan rasa sakit. Baru setelah hampir satu menit rasa sakit itu mendera, sedetik berikutnya sengatan listrik itu lenyap begitu saja dan seketika itu pula tubuh Wonder Woman yang tadinya menggeliat dan mengejang kembali melemas. Wanita super itu terengah-engah setelah berjuang menahan rasa sakit, seketika keringat bercucuran membasahi tubuhnya yang mulus meskipun ruangan itu cukup dingin.
“Cukup dulu.. istirahat sebentar..” kata Death Cross kalem sambil menatap Wonder Woman yang terengah-engah. “Bagaimana? Suka?” tanya Death Cross mengejek.
“Manusia busuk..!” Wonder Woman menggeram. Seketika itu pula sengatan listrik kembali menyerangnya membuatnya kembali menjerit kesakitan.
“OHKK…!!! AHH…!!” tubuh Wonder Woman kembali menyentak-nyentak dan mengejang-ngejang merasakan penderitaan yang luar biasa yang menyerang tubuhnya. Kepalanya seperti dihantam palu godam dan tubuhnya serasa ditusuk-tusuk ribuan paku. Kali ini sengatan listrik yang menyerangnya berlangsung lebih lama, membuat wanita cantik itu makin menderita.
“Ohh…” Wonder Woman kembali melemas ketika akhirnya sengatan listrik berhenti. Wonder Woman merasa tubuhnya sakit seperti baru saja diinjak-injak gajah. Seluruh pori-porinya seperti akan meledak menghancurkan sekujur kulit tubuhnya. Dia memang kuat, tapi sengatan listrik yang dialaminya membuatnya sangat kesakitan, dan tampaknya Death Cross tahu persis hal itu.
Hanya beberapa detik saja Wonder Woman terbebas dari deraan rasa sakit, berikutnya dia kembali merasakan penderitaan yang luar biasa hebatnya melanda tubuhnya. Entah berapa puluh ribu atau berapa ratus ribu volt listrik yang menyengatnya, Wonder Woman merasakan sengatan listrik itu seolah mencekik lehernya. Nafasnya seperti terhenti setiap kali sengatan listrik menyiksanya. Death Cross sepertinya tahu apa yang harus dia lakukan untuk menimbulkan rasa sakit yang teramat sangat, bahkan untuk ukuran seorang manusia super seperti Wonder Woman. Siksaan itu berlangsung berulang-ulang membuat Wonder Woman benar-benar tidak sanggup lagi menahannya. Meski begitu, kekuatan super yang dimilikinya memang bisa mencegahnya dari kerusakan fisik lebih besar dibanding manusia normal karena jika seorang manusia biasa, seberapapun kuatnya dia, menerima siksaan sebesar itu pastilah sudah tewas sejak awal..
“Kau memang sangat hebat Wondie..” Death Cross berkata sambil tertawa pelan melihat Wonder Woman yang terengah-engah. “Kalau manusia biasa pasti sudah gosong oleh sengatan listrik sebesar itu.. tapi kau.. tsk.. tsk.. tsk..”
“Keparat! Lepaskan aku dan mari kita bertarung secara ksatria!” Wonder Woman membentak dengan garang. Tapi Death Cross hanya tertawa terbahak.
“Kita pasti akan bertarung Sayangku.. tapi bukan bertarung seperti itu..” Death Cross berkata dengan nada mengejek. Dia lalu mengambil sebuah alat komunikasi mirip telepon genggam dari pinggangnya. “Bawa dia ke tempatnya!”
Wonder Woman menatap Death Cross dengan tatapan geram sekaligus bingung, bertanya-tanya siapa yang dimaksud oleh pimpinan tertinggi NEO NAZI itu.
“Kita lihat Wondie, apakah kau masih bisa searogan sekarang kalau sudah melihat yang satu ini…” kata Death Cross sambil menekan bebrapa tombol pada alat di tangannya. Wonder Woman merasa tubuhnya berputar, rupanya tiang tempatnya dibelenggu bisa berputar ke arah berlawanan, sehingga sekarang wanita super hero yang jelita itu menghadap ke tembok kosong yang tadinya di belakangnya.
“Dan lihat yang ini.” Kata Death Cross sambil menekan beberapa tombol lagi. Tembok baja yang ada di hadapan Wonder Woman seperti terbelah dan bergeser ke samping, membuat ruangan yang tadinya tidak terlihat menjadi terlihat. Dan tepat di hadapan Wonder Woman, sebuah tiang pancang yang sama persis dengan tempatnya terbelenggu berdiri kokoh. Di situ, dengan posisi yang sama persisi dengan Wonder Woman, terbelenggu seorang wanita berusia sekitar 20 tahun yang sangat cantik berambut panjang ikal kecokelatan. Tangan dan kaki wanita itu terentang ke empat arah yang berbeda, terbelenggu oleh logam kokoh, sama persis seperti posisi Wonder Woman, dengan mulut tersumbat oleh plester. Yang menyedihkan, wanita cantik itu hanya mengenakan pakaian dalam saja, menampakkan tubuhnya yang putih mulus dan ramping berisi. Mata wanita itu terlihat sembab karena menangis, air mata masih mengalir di pipinya.
“Mary..!” Wonder Woman tersentak kaget melihat siapa wanita itu. Mary Prince, yan tidak lain adalah keluarga angkatnya selama tinggal di Metropolis. Keluarga Prince adalah keluarga yang paling dicintainya di luar Paradise Island. Mary sendiri tidak kalah terkejutnya melihat keadaan Wonder Woman yang tidak berdaya dalam cengkeraman Death Cross. Dia meronta mencoba melepaskan diri, tapi dia bukanlah manusia super, kekuatannya tidak akan mungkin bisa mematahkan logam yang megikat tangannya.
“Yeah.. Keluarga Prince kan?” Death Cross tertawa penuh kemenangan. “Selama berbulan-bulan aku menyelidiki kelemahanmu, dan sekarang sudah kutemukan. Merekalah kelemahanmu.”
“Lepaskan dia! Dia tidak tahu apa-apa!” Woander Woman berteriak panik. Untuk kali pertama dalam hidupnya ksatria Amazonia itu merasakan sebuah kecemasan yang luar biasa menghinggapinya.
“Jangan panik dulu Wondie. Itu baru sebagian,” kata Death Cross sambil menunjuk ke sebuah layar monitor di dekatnya. Betapa terkejutnya Wonder Woman melihat seluruh keluarga Prince ternyata sudah ada dalam cengkeraman Neo Nazi.
“Kau… binatang..!” Wonder Woman berteriak marah luar biasa. Pada saat itulah mendadak Mary Prince menggeliat kesakitan, seolah tubuhnya tersengat aliran listrik. Selama beberapa menit tubuh Mary Prince mengejang-ngejang menahan siksaan yang sangat hebat itu.
“Barangkali siksaan yang mendera Mary bisa membuatmu berubah pikiran?” tanya Death Cross sambil tersenyum menyaksikan Mary yang berjuang menahan rasa sakit. Sesaat siksaan itu berhenti, tapi sesaat berikutnya kembali sengatan listrik menyerang tubuh Mary, dan begitu berulang-ulang.
“kau tahu Wondie Sayang,” Death Cross berjalan mendekati Mary yang terkulai lemas setelah mendapat siksaan. “Di dalam tubuhmu dan tubuh Mary, kupasang sebuah Cerebral Syncrhonometer, yang membuat gelombang otak dan emosimu terhubung dengan gelombang otak dan emosi Mary.”
Death Cross lalu dengan santainya menarik plester yang membekap mulut Mary, membuat Mary menjerit lirih.
“Secara mudahnya, emosimu akan memicu Synchronometer yang ada di tubuh Mary, dan itu akan membuatnya tersiksa seperti yang baru saja terjadi.”
Wonder Woman seperti mati rasa mendengar penjelasan Death Cross, tubuhnya gemetar, campuran antara ngeri, murka dan marah.
“Aku tahu kau memang tahan menderita Wonder Woman..” kata Death Cross. “Tapi tidak dengan adik angkatmu ini kan?” kata Death Cross sambil menjambak rambut Mary. Mary menjerit sambil meringis kesakitan ketika Death Cross menjambak rambutnya dengan keras.
“Jangan! Jangan ganggu dia!” Wonder Woman berteriak ngeri. Jelas dia tidak ingin melihat Mary menderita oleh Death Cross.
“Lepaskan mereka! Jangan ganggu mereka! Mereka tidak ada hubungannya dengan hal ini!” Wonder Woman kian panik. Keringat dingin mulai mengalir membasahi keningnya menyaksikan keluarga angkatnya yang ketakutan di dalam sel penjara.
“Tentu saja aku akan melepaskan mereka.” Death Cross menjawab tenang seolah tidak terjadi apa-apa. “Tapi kau harus melakukan satu hal untukku.”
Wonder Woman terdiam sesaat, seolah berusaha menerka apa yang diinginkan Death Cross darinya.
“Apa itu?” tanya Wonder Woman ragu-ragu. Death Cross tertawa.
“Aku ingin menjadikanmu sebagai budak seksualku.” Jawab Death Cross.
“TIDAK..!” Wonder Woman menjerit ngeri, kali ini bukan kemarahan yang menghinggapi hatinya, tapi sebuah kengerian yang sangat menakutkannya. Meskipun dia seorang super hero tapi dia juga seorang wanita dan naluri kewanitaannya sangat lembut. Mendengar ucapan yang sangat melecehkan itu, hati Wonder Woman seperti dicengkeram oleh tangan yang sangat kuat.
“Kalau kau tidak bersedia menuruti perintahku, maka dia yang akan kujadikan gantinya, sementara seluruh keluarganya akan mati dengan cara yang paling mengerikan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.” Kata Death Cross dengan seringai kekejaman.
Wonder Woman langsung terkesiap mendengarnya.
“jangan mimpi kau bangsat..! Manusia iblis..!” Wonder Woman berteriak penuh kemarahan. Akibatnya fatal, Mary langsung menjerit kesakitan dan mengejang-ngejang ketika sambaran listrik dari Synchronometer yang ada di tubuhnya menghantam sel otaknya.
“Hentikan..! Hentikan..!” Wonder Woman berteriak seperti orang gila. Darahnya terasa membeku melihat Mary menderita begitu rupa, ketakutan yang selama ini tidak pernah dirasakan kini merayapi hatinya seperti ular yang membelit tubuhnya. Tubuhnya terasa seperti mati rasa dan kaku. Wonder Woman mamang seorang wanita super, tapi dia juga seorang wanita, mau tidak mau nalurinya sebagai seorang wanita yang kali ini bicara.
“Semua bergantung padamu sayang.” Death Cross menjawab kalem seperti tidak terjadi apa-apa, sementara Mary menjerit-jerit kesakitan di sebelahnya. “Kalau kau terus melawanku, begini hasilnya.” Deat Cross menunjuk Mary yang kesakitan. Wonder Woman menunduk, emosinya naik turun. Ketakutan terbesarnya selama ini sunguh terjadi, seperti monster yang siap menelan tubuhnya bulat-bulat.
“Well? Aku menunggu jawabanmu Wondie..” kata Death Cross.
Wonder Woman menunduk. Sebutir kristal air mata mengalir di pipinya. Wonder Woman dihadapkan pada pilihan yang sangat sulit. Dia harus memilih antara keselamatan dirinya sendiri atau keselamatan keluarganya. Tapi Wonder Woman tampaknya tidak bisa memilih yang lain, akhirnya dia menatap Death Cross.
“Aku.. aku bersedia…” jawab Wonder Woman lirih.
“Bersedia apa..?” Death Cross bertanya lagi.
“Aku bersedia menjadi budak seksualmu..” Wonder Woman menjawab.
Serentak Death Cross tertawa penuh kemenangan. Tawanya yang menyakitkan hati menggema di seluruh ruangan.
“Akhirnya, impianku selama ini tercapai..” Death Cross berkata. “Selama bertahun-tahun aku memimpikan bisa menikmati kemulusan dan kehangatan tubuhmu Wonder Woman.. dan sekarang aku bisa mendapatkanmu.”
“Tapi kau harus janji melepaskan keluargaku..!” Wonder Woman berseru penuh kegetiran. Dia merasa kalah dan sepenuhnya dalam genggaman Death Cross saat ini.
Jangan takut sayangku.. itu pasti..” jawab Death Cross. Kemudian dengan menekan sebuah tombol pada alat komunikasi yang tadi dipakainya, gelang baja yang mengikat pergelangan tangan dan kaki Wonder Woman serentak terbuka.
“Bagaimana Wondie? Kau bersedia patuh padaku?” tanya Death Cross dingin. Wonder Woman tidak menjawab. “Well?” Death Cross bertanya lagi. Wonder Woman tertunduk. Air mata kembali bergulir membasahi pipinya.
“Aku.. aku bersedia..” jawab Wonder Woman lirih.
“Panggil aku Tuan..” kata Death Cross dengan nada berwibawa.
“Saya.. saya bersedia Tuanku..” jawab Wonder Woman pasrah. Mary yang mendengarnya berteriak dalam bungkam dan meronta-ronta ketakutan. Jelas sekali kalau wanita itu kehilangan harapan terakhirnya. Dia menangis sejadi-jadinya melihat Wonder Woman yang diharapkannya ternyata tunduk di bawah kekuasaan Death Cross.
“Aku tidak mendengarnya…” kata Death Cross dingin. “Berlututlah di depanku. Memohonlah padaku untuk menjadi budak seksualku..” perintah Death Cross dengan seringai kekejaman. Seketika itu pula Wonder Woman berlutut di kaki Death Cross.
“Tuan.. saya mohon tuan.. jadikan saya budak pemuas nafsu seksual anda Tuan..” ujar Wondr Woman meratap dengan belinang air mata.
“Tidak salahkah telingaku?” Deth Cross berpura-pura tuli. “Seorang Wonder Woman berlutut di hadapanku dan memohon padaku untuk menjadi budak pemuas nafsu seksualku?”
“Tidak Tuan.. anda tidak salah dengar Tuan…” Wonder woman meratap menghiba. “Saya Wonder Woman, Diana dari Themiscyre, memohon pada anda untuk menjadi budak seksual anda.. Perkosa saya Tuan.. perkosa saya sampai Tuan puas.. Tolong Tuan.. perkosa saya… Perkosa saya…”
“Kalau begitu jilat sepatuku!” perintah Death Cross tegas. Wonder Woman menunduk. Seumur hidupnya dia belum pernah mengalami penghinaan serendah ini. Tapi dia akhirnya berlutut dan menundukkan tubuhnya. Dijulurkannya lidahnya untuk menyentuh sepatu Death Cross. Serentak Death Cross tertawa melihat bagaimana seorang super hero seperti Wonder Woman berhasil dia paksa bertekuk lutut dan bahkan bersedia menjilat sepatunya.
***
Ruangan kamar pribadi Death Cross terhitung sederhana dan tidak banyak dihiasi ornamen. Hanya ada sebuah jendela lebar yang menghadap ke arah laut. Kamar itu memang luas dan berlangit-langit tinggi. Ukurannya mungkin mencapai 5 kali 5 meter, tapi terkesan kosong. Hanya ada sebuah ranjang besar di dekat dinding yang berseberangan dengan jendela. Nuansa metal terlihat sangat kental di ruangan itu. Warna yang mendominasi adalah kelabu metal dengan hiasan sedikit warna hitam di sebagian kecil dinding. Hiasan yang banyak menghiasi ruangan itu adalah foto-foto berukuran besar dengan bingkai model Barok berwarna emas yang berderet di dinding-dindingnya. Dan keseluruhan foto yang menempel di dinding itu benar-benar membuat adrenalin pria bergolak karena seluruh foto yang ada adalah foto wanita-wanita yang sangat cantik dan semuanya telanjang bulat dengan posisi yang merangsang. Death Cross terlihat sedang berbaring santai di ranjangnya, dia hanya mengenakan celana dalam hitam. Tubuhnya meskipun sudah tua tapi masih kokoh meskipun tampak sedikit keriput dan kendur. Beberapa bekas luka terlihat menghiasi dadanya. Terlihat sekali dia sedang menunggu sesuatu terlihat dari gerakan tubuhnya yang gelisah. Ketika pintu kamar yang terbuat dari metal terbuka barulah dia bereaksi riang. Sesosok tubuh ramping seorang wanita dengan rambut panjang tergerai memasuki kamar. Wanita itu tidak lain adalah Wonder Woman. Hanya saja kali ini Wonder Woman tidak lagi mengenakan kostum merah birunya yang terkenal. Wonder Woman didandani dengan sangat cantik, dan kali ini dia hanya mengenakan sehelai lingerie biru yang amat tipis dengan bagian dada berenda-renda. Begitu tipisnya lingerie yang dipakainya sampai sampai terlihat dengan jelas kalau Wonder Woman hanya mengenakan sehelai G-string yang amat terbatas lebarnya. Payudaranya yang polos terlihat menonjol di balik renda-renda lingerienya dengan puting payudara yang membayang jelas.
“Mendekatlah kemari Sayangku..” perintah Death Cross. Wonder Woman patuh dan mendekat. Death Cross meneguk ludahnya menyaksikan keindahan tubuh sang super hero meskipun tubuh mulus itu masih terbungkus kain.
“Sekarang buka semua pakaianmu.” Kata Death Cross lagi. Wonder Woman dengan patuh menuruti perintah itu. Dia segera menjamah tali-tali yang mengikat bagian depan lingerienya. Hanya sekali tarik maka terlepaslah lingerie itu dari tubuhnya, seketika sepasang payudara yang putih mulus mencuat telanjang di depan Death Cross, payudara yang sangat indah, bulat padat dan kenyal dengan puting berwarna merah muda segar. Hanya sebuah G string minim yang masih dikenakan oleh Wonder Woman. Tubuh wanita super itu benar-benar memancarkan daya tarik yang luar biasa hebatnya. Death Cross sudah sering menelanjangi ratusan bahkan ribuan wanita cantik, tapi dia belum pernah melihat tubuh sempurna seorang dewi seperti Wonder Woman sebelumnya.
“Uoohh.. muluss..” Death Cross meneguk ludahnya.
Dia menatap liar ke tubuh putih mulus Wonder Woman yang terpampang di depannya terutama ke bagian payudaranya yang mencuat indah dan menggantung bebas telanjang bulat seolah menantang untuk diremas. Payudara itu terlihat sangat kecang dan montok, ukurannya terlihat lebih besar ketimbang saat Wonder Woman mengenakan kostumnya. Sementara perut Wonder Woman terlihat ramping dan padat dan sangat rata, pinggangnya terlihat begitu ramping dengan lekukan yang sempurna, berakhir pada pinggul yang bulat dan padat. Sekarang lepas celana dalammu Wondie..” perintah Death Cross. Wonder Woman hanya mengangguk, perlahan dia mulai menarik tali G string yang dikenakannya. Sesaat kemudian G string itu sudah terlepas dari tempatnya dan tergeletak begitu saja di lantai. Wonder Woman sekarang sudah sempurna telanjang bulat di hadapan Death Cross. Wanita sakti itu sekarang sudah sepenuhnya takluk di tangan musuhnya. Begitu takluknya Wonder Woman bahkan sampai tidak bisa melawan meski ditelanjangi oleh musuh yan sangat dibencinya itu.
“Ohh..” Death Cross terengah menahan gejolak seksualnya yang mulai meningkat. “Memang benar kata anak buahku, kau memang memiliki tubuh yang luar biasa Wondie.” Katanya sambil menatap ke sekujur tubuh putih mulus Wonder Woman yang telanjang bulat itu, terutama pada daerah payudara dan vaginanya. Vagina wanita super itu sangat sempurna karena memang masih perawan, dihiasi sedikit rambut halus yang terawat rapi.
“Ohh.. muluss..” Death Cross terengah menahan gejolak nafsunya, dia menyuruh Wonder Woman berputar sehingga sekarang punggung mulus wanita super itu menghadap ke arahnya. Pandangan Death Cross tertuju ke pantat Wonder Woman yang sangat indah, bulat padat dan begitu mulus. Dielusnya pantat mulus yang telanjang itu dan diremasnya lembut.
“Ohh.. pantat yang indah..” kata Death Cross terengah. Gejolak seksualnya meninggi dengan begitu cepat. Maka dengan segera dipeluknya tubuh telanjang bulat Wonder Woman dengan dekapan erat lalu dibawanya menuju ranjang.
“Mulai malam ini kau akan kujadikan gundikku Wonder Woman.” kata Death Cross sambil mendekap tubuh telanjang wanita super itu. Dia lalu mulai menciumi leher Wonder Woman dengan kecupan kecupan halus. Ada sedikit rasa geli dan jijik dalam diri Wonder Woman saat sentuhan Death Cross menjalar di tubuhnya. Death Cross membawa Wonder Woman ke ranjang dan menyuruhnya duduk semetara dia sendiri mengambil dua gelas berisi cairan berwarna merah anggur.
“Untk pemanasan Sayangku..” kata Death Cros sambil menyodorkan gelas di tangan kirinya pada Wonder Woman. Wnita cantik itu menerimanya dengan kaku tanpa ekspresi. Agak ragu Wonder Woman menatap isi gelas di angannya. Bau anggur mahal tercium dari gelas tersebut.
“Ayo minum..” kata Death Cross keras, membuat Wonder Woman tersentak kaget, rupanya untuk sesaat wanita cantik itu kehilangan pikirannya. Akhirnya meskipun ragu, Wonder Woman meneguk isi gelas itu sedikit. Rasa anggur manis menyentuh lidahnya, yang jelas berasal dari jenis anggur mahal dan berkualitas tinggi. Death Cross tersenyum licik melihat Wonder Woman meneguk minuman itu, kemudian dengan penuh nafsu dipeluknya tubuh telanjang bulat wanita super itu.
“Oh.. yess.. ahh.. kau memang sangat cantik Wondie..” kata Death Cros terengah engah sambil menciumi pundak dan leher Wonder Woman. “Maukah kau jadi gundikku..?” katanya penuhh nafsu. Wonder Woman diam saja tanpa reaksi, dia berusaha mematikan sekujur syaraf seksualnya agar tidak terangsang oleh sentuhan Death Cross, hal itu embuat Death Cross gemas, dia segera melumat bibir merah wanita sakti itu dengan lumatan kasar. Selama beberapa menit lamanya Death Cross menikmati kelembutan bibir Wonder Woman dengan ganas. Dengan paksa pula Death Cross mulai mendorongkan lidahnya ke dalam rongga mulut Wonder Woman. Wonder Woman berusaha menolaknya, tapi desakan Death Cross terus-menerus menggempurnya, dengan intimidasi akan membunuh keluarganya, Death Cross benar-benar menguasai Wonder Woman sepenuhnya. Apalagi dengan pengendali yang ditanam pada tubuhnya membuat Wonder Woman tidak bisa mengeluarkan kekuatan supernya secara penuh, kekuatannya sekarang tidak berbeda jauh dengan kekuatan Death Cross sehingga segala upayanya untuk melepaskan diri menjadi sia-sia. Wonder Woman berusaha mengatupkan bibirnya agar tidak bisa dikulum namun segala upayanya sia-sia. Death Cross mendekap tubuh Wonder Woman begitu eratnya. Secara spontan, wanita itu pun berusaha melepaskan dirinya. Apa daya, rontaan tubuh Wonder Woman di dalam pelukan Death Cross malah semakin memberikan kenikmatan pada pimpinan Neo Nazi itu dan menaikkan birahinya. Death Cross akhirnya berhasil mengulum dan membelit lidah Wonder Woman. Wonder Woman pasrah dan berusaha melepaskan belitan lidah Death Cross meskipun dia merasa sangat jijik dan terus berusaha melepaskan diri dari betotan tubuh sang penjahat.
“Oh.. mhh.. ohh..” Wonder Woman mendesah pelan. Secara perlahan sensasi aneh mulai menjalari tubuhnya dan tanpa sadar dia bereaksi merespon ciuman dan lumatan Death Cross. Tubuh wanita cantik itu bergetar merasakan sebuah sensasi asing yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Seumur hidupnya Wonder Woman belum pernah bersentuhan dengan laki-laki dengan begitu intim apalagi sampai berciuman denag penuh dorongan nafsu. Sensasi aneh itu perlahan menggetarkan syaraf seksualnya yang selama ini belum pernah mendapat rangsangan. Wonder Woman tidak tahu kalau anggur yang dimiumnya tadi sudah dicampur dengan obat perangsang nafsu seksual yang luar biasa kuatnya.
“Oohhh… oohh..” Wonder Woman mendesah pelan. Tanpa sadar kombinasi antara rangsangan Death Cross dan pengaruh obat yang diminumnya membuat wanita super itu terhanyut oleh rangsangan seksual yang diberikan oleh Death Cross apalagi saat pimpinan tertinggi Neo Nazi itu mulai mulai meremas-remas dan menjilati payudara Wonder Woman yang putih mulus. Wonder Woman kian terhanyut oleh sensasi seksual yang begitu menggelora menyapu kesadarannya. Death Cross yang berpengalaman tahu kalau rangsangannya pada Wonder Woman membuahkan hasil, karena itu dia makin bersemangat dalam mencumbui wanita super itu. Bibir Death Cross kemudian mengarah ke bagian puting payudara Wonder Woman, berganti-ganti dia melumat dan mengulum puting kedua belah payudara Wonder Woman. Wonder Woman mengejang mendapat perlakuan itu. Kesadarannya mulai hilang, dirinya sekarang sudah dikuasai oleh dorongan seks yang makin kuat.
“Uohh.. payudaramu luar biasa muluss Wondie….” Death cross menggumam sambil bibirnya sibuk menikmati kemulusan payudara Wonder Woman. Death cross makin buas dalam menikmati kemulusan tubuh wanita super itu. Tangannya sibuk meremasi payudara Wonder Woman sebelah kanan sementara lidahnya menjilati dan menyentil puting payudara Wonder Woman yang sebelahnya lagi. Wonder Woman hanya bisa merintih pasrah. Apalagi saat death Cross mulai menggerayangi vaginanya.
“Ohh.. vaginanya… hm… indah sekali..” Death Cross menggesek-gesekkan jarinya di bibir vagina Wonder Woman sambil sibuk menciumi dan menjilati payudara Wonder Woman. Dia kemudian memposisikan kaki Wonder Woman agar membuka lebar denan demikian dia bisa leluasa menikmati daerah kemaluan wanita super itu.
“Ohh.. oohh… aahh..” Wonder Woman mengerang saat Death Cross mulai menjilati kemaluannya. Lidah Death Cross yang kasar dan basah membuat tubuhnya merinding apalagi saat klitorisnya tersentuh.
“Sssshhh..ahhh..” Wonder Woman mendesah karena organ sensitifnya dirangsang sedemikian rupa, tangannya tanpa sadar mencengkeram seprai dengan erat. Jilatan Death Crosspun semakin menjadi-jadi, lidahnya menjilati dan berusaha memasuki liang vagina Wonder Woman membuat Wonder Woman merasa seperti disengat oleh listrik.
“Ahhs.. aahh.. oohh.. oohh..” Wonder Woman mulai kehilangan kendali merasakan kenikmatan yang baru kali ini dia rasakan. Kenikmatan itu seperti mencabut sebaian kesadarannya sehingga tubuhnya bereaksi mengimbangi permainan Death Cross. Tanpa sadar Wonder Woman menggerakkan pinggulnya sendiri mengikuti jilatan lidah Death Cross yang menyapu daerah kemaluannya.
“Ohh .. yess.. Kau suka ya dibeginikan..?” kata Death Cross yang menyadari kalau wanita super itu sudah mulai terpengaruh oleh permainannya. Death Cross kemudian meningkatkan permainannya, dia mulai memasukkan jari tangannya ke dalam liang vagina Wonder Woman.
“Jangan Tuan..” Wonder Woman merintih saat saat Death cross mencoba memasukkan jari-jarinya ke vagina Wonder Woman.
“Nikmati saja sayangku, malam ini aku ingin menikmati kehangatan tubuh seorang super hero seperti dirimu..” kata Death Cross dingin, dia makin liar menggesekkan jarinya ke selangkangan Wonder Woman bahkan dia juga meremas-remas gundukan vagina Wonder Woman. Wanita sakti itu hanya bisa mengerang dan merintih pasrah mendapat perlakuan itu, dia tidak bisa mungkir kalau dirinya mulai terangsang oleh perlakuan penjahat itu.
“Janganhh..ohh…” Wonder Woman mulai meracau tidak karuan saat Death cross mulai menjilati vaginanya. Wonder Woman menjerit saat lidah Death cross bermain di klitorisnya. Lidah Death cross mencoba mendesak ke bagian dalam vagina Wonder Woman sambil sesekali jari-jarinya juga ikut mengocok vagina itu.
“Ahkkhh.. ohh.. janganhh..” Wonder Woman menggeliat. Sebuah sensasi aneh secara dahsyat mengusir akal sehatnya. Dia mendesah-desah dengan gerakan liar, hal ini membuat Death Cross terlihat makin bernafsu. Tidak hanya dua jari tapi tiga jari sekaligus dimasukkannya ke dalam liang vagina Wonder Woman dan dikocoknya vagina wanita super itu dengan kuat.
Sekuat apapun Wonder Woman bertahan tapi sensasi seksual yang dialaminya untuk pertama kali itu membuat pertahannya bobol. Tubuh wanita super yang cantik itu mengejang kuat. Wonder Woman merasakan kemaluannya menjadi basah oleh cairan vaginanya yang mengucur deras.
“OOOHH……. OOOHHHHKK… AAHHH….” Wonder Woman mengejang diiringi lenguhan keras, untuk pertama kali sepanjang hidupnya Wonder Woman merasakan kenikmatan seksual yang langsung menghantamnya sampai titik tertinggi.
Orgasmenya meledak tak terkendali membuat sekujur tubuhnya seperti dihimpit oleh batu raksasa. Tubuh putih mulus itu mengejang-ngejang selama beberapa saat sebelum kemudian terkulai lemas. Sementara Death Cross tanpa ragu-ragu menjilati cairan yang mengalir dari vagina Wonder Woman sampai tak bersisa. Seketika sebuah sensasi luar biasa menyerang tubuh Death Cross. Entah apakah hanya sekedar sugesti atau memang cairan vagina wanita super itu yang mempengaruhinya, tapi Death Cross merasa tubuhnya langsung menguat dan penisnya menegang dengan keras. Wonder Woman terbaring terengah-engah di ranjang, dia baru saja mengalami orgasme yang luar biasa, tubuhnya yang putih mulus sampai berkeringat padahal udara teramat dingin. Death Cross memandangi tubuh yang mulus itu dengan tatapan buas, matanya menatap ke arah payudara Wonder Woman yang naik turun, begitu putih mulus. Dia lalu mendekati Wonder Woman yang terbaring pasrah di ranjang. Perlahan dia melepaskan celana dalam yang dia pakai dan seketika penisnya yang hitam dan berukuran besar mencuat di depan wajah Wonder Woman. Wonder Woman yang dalam keadaan terangsang hanya memandangi penis itu. Penis itu berukuran besar, panjangnya mungkin sekitar 20 senti dengan diameter empat atau lima senti. Awan di luar tiba-tiba menghitam, suhu dan tekanan udara turun dengan cepat, dan hanya dalam hitungan detik tiba-tiba hujan turun dengan derasnya membasahi bumi. Death Cross melihat ke arah jendela yang menghadap laut. Ada sedikit rasa takut di hatinya melihat perubahan cuaca yang begitu mendadak. Sepertinya alam tidak merelakan satu-satunya pembela kebenaran yang tersisa ikut menjadi korban kekejamannya, tapi Death Cross tidak akan disebut manusia tanpa hati kalau dia menghentikan sesuatu yang begitu diinginkannya, apalagi bila hal itu sudah ada di hadapannya. Diapun kembali memusatkan perhatiannya pada tubuh putih mulus sang pembela kebenaran yang kini terbaring telanjang bulat di atas ranjangnya.
Kini di atas ranjang dua tubuh telanjang bulat dan berlainan jenis telah siap melakukan persetubuhan. Yang wanita adalah Wonder Woman, seorang superhero pembela kebenaran yang kini terbaring tak berdaya dengan tubuh yang langsing, kulit putih mulus dan wajah cantik rupawan. Sedangkan si pria di atasnya yang siap menyetubuhinya adalah seorang pemimpin organisasi kejahatan terbesar di dunia yang juga musuh besar Wonder Woman sendiri. Death Cross mengamati tubuh mulus Wonder Woman sejenak, sambil menempatkan dirinya di antara kedua belah paha Wonder Woman yang mulus itu. Dielusnya paha Wonder Woman bagian dalam dengan gerakan lembut, seolah ingin meresapi kemulusan setiap inci kulit paha Wonder Woman. Lalu perlahan Death Cross mulai menempatkan tubuhnya menindih tubuh Wonder Woman. Payudara Wonder Woman yang kenyal menekan dada Death Cross dengan lembut, seolah ada bantal yang mengganjal. Pelan-pelan Death Cross mulai mengarahkan penisnya ke kemaluan Wonder Woman sambil sesekali menciumi bibir Wonder Woman dan mengulumnya lembut. Wonder Woman meneteskan air mata merasakan desakan benda tumpul pada kemaluannya. Tubuhnya gemetar, untuk pertama kali sepanjang hidupnya, Wonder Woman merasa tidak berdaya dan ketakutan. Dia tidak rela tubuhnya dicemari oleh musuh besarnya, meski begitu sebagian lain dari tubuhnya seperti sangat menginginkan Death Cross meneruskan perbuatannya. Kemudian Death Cross menggosok-gosokkan batang penisnya ke kemaluan Wonder Woman. Wonder Woman kegelian merasakan kemaluan Death Cross yang menyentuh kemaluannya. Perlahan pimpinan tertinggi Neo Nazi itu lalu mengarahkan kemaluannya yang panjang dan hitam Legam itu ke arah bibir kemaluan Wonder Woman. Siap untuk dibenamkan ke dalamnya. Merasa batang penisnya telah siap lalu Death Cross mendorong penisnya hingga masuk ke dalam liang vagina wanita super itu.
“Ahhh……….. oohhh…” Wonder Woman menjerit halus merasakan benda asing yang menerobos kemaluannya. Wonder Woman merasa vaginanya yang sempit seperti terbelah. Death Cross masih mendorong penisnya untuk masuk terus hingga melesak seluruhnya di dalam liang vagina Wonder Woman.
Vagina Wonder Woman melawan dengan liat membuat Death Cross makin bernafsu mendorongkan penisnya. Setelah beberapa saat menarik dan mendorong akhirnya masuklah seluruh penis itu ke vagina Wonder Woman. Wonder Woman menangis, bukan karena sakit tapi karena shock menerima kenyataan dirinya sedang diperkosa oleh orang yang menjadi musuh terbesarnya. Air matanya menetes membasahi pipinya yang putih. Tubuhnya pun terguncang-guncang di bawah tubuh Death Cross. Death Cross sendiri mendengus-dengus bak kuda liar merasakan jepitan dan cengkeraman kuat dari vagina Wonder Woman, vagina Wonder Woman seolah melakukan perlawanan ketat saat penis Death Cross memasukinya, denyutan dinding vagina Wonder Woman seolah cengekraman tangan yang meremas penis Death Cross. Selama beberapa saat Death Cross membiarkan penisnya tertanam di dalam liang vagina Wonder Woman, mencoba menyerap seluruh kenikmatan dari denyutan vagina superhero jelita itu.
“Ohh..ohh.. ohh..” Death Cross mengerang sesaat merasakan kenikmatan luar biasa dari jepitan vagina Wonder Woman. Untuk menambah kenikmatan itu, Death Cross kemudian kembali menciumi bibir Wonder Woman dan mengulumnya ketat.
Mengetahui tangisan Wonder Woman saat menerima penisnya masuk, Death Cross lalu memeluk Wonder Woman dengan ketat dengan posisi tetap di atas tubuh putih Wonder Woman. Dipeluknya tubuh putih mulus Wonder Woman yang telanjang bulat dan diciuminya bibir wanita super itu seakan tidak ingin terpisahkan. Death Cross ingin bibir mereka juga menyatu seperti bagian bawah tubuh mereka yang telah menyatu saat itu. Perlahan Death Cross mulai menggerakkan pantatnya maju mundur, untuk mengocok penisnya di dalam liang vagina Wonder Woman. Perlu usaha keras dari Death Cross untuk menyetubuhi Wonder Woman karena vagina wanita super itu masih perawan dan teramat sempit untuk menampung penisnya. Cairan vagina yang membasahi vagina Wonder Womanpun masih belum cukup untuk melicinkan gesekan sepasang kemaluan mereka yang bersatu ketat.
Wonder Woman merintih-rintih setiap kali vaginanya digenjot. Apalagi gerakan Death Cross teramat kasar membuat Wonder Woman tersiksa, dia memang kuat tapi dia tidak kebal dan bisa merasakan sakit. Tapi rintihannya teredam oleh kuluman dan cumbuan Death Cross di bibirnya. Wonder Woman hanya bisa menggelepar-gelepar merasakan genjotan-demi genjotan pada liang vaginanya yang dirasakannya makin lama makin cepat. Death Cross sendiri bergerak makin liar, disodoknya vagina Wonder Woman kuat-kuat sampai tubuh Wonder Woman tersentak-sentak liar. Kaki Wonder Woman terlihat menendang-nendang ke samping dengan liar.
“Ohh.. ohh.. ahh.. ahh.. nnhh.. nghh..ohh..” Wonder Woman menggeliat-geliat menikmati setiap sodokan penis Death Cross pada vaginanya. Kepalanya menggeleng liar dan tangannya mencengkeram pundak Death Cross dengan keras sampai kuku jarinya menggores pundak pri itu. Hal itu membuat Death Cross justru makin bersemangat dalam menggenjot vagina Wonder Woman. Gerakan penisnya makin ganas membuat tubuh Wonder Woman yang mulus tersentak-sentak di bawah tindihan tubuh Death Cross yang tinggi tegap. Selama hampir sepuluh menit Death Cross memacu tubuh mulus Wonder Woman. Penisnya yang besar memompa vagina wanita itu dengan gila-gilaan membuat pertahanan Wonder Woman jebol.
“AHHHGGHH.. AAHH…” Wonder Woman mengerang keras, tubuhnya menggeliat kuat seperti akan mengangkat tubuh hitam tegap ya tengah menindihnya, tapi tangannya mencengkeram pundak kekar Death Cross kuat-kuat membuat kuku jarinya menancap makin dalam melukai punggung kekarnya tersebut. Wajah Wonder Woman berubah merah padam, tubuhnya mengejang seolah sedang mencoba mengeluarkan telur sebesar bola sepak dari tubuhnya. Wonder Woman menggigit bibirnya mencoba menahan dorongan orgasmenya yang meledak-ledak, tapi gelombang orgasme itu terlalu kuat menghantam syaraf seksualnya. Pada saat yang sama, Death Cross merasakan sebuah sensai aneh menjalari tubuhnya. Lebih hebat ketimbang orgasme seksual, sensasi itu seolah meningkatkan kemampuan dan kekuatannya berpuluh kali lipat membuat otot tubuhnya seperti menguat dan membesar.
“Oohhhhh…. oohhhh….” Death Cross mengerang tertahan merasakan desakan kekuatan itu. Dia tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi pada mereka berdua. Persetubuhan yang dilakukannya dengan Wonder Woman rupanya mengakibatkan transfer energi dimana kekuatan Wonder Woman terserap ke dalam tubuh Death Cross. Hal itu dipicu oleh robeknya selaput keperawanan milik Wonder Woman. Baik Death Cross maupun Wonder Woman tidak tahu bahwa saat keperawanan seorang wanita Amazonian direnggut oleh seorang pria, maka kendali kekuatannya akan berpindah pada si pria yang memperawaninya. Dengan kata lain saat ini Wonder Woman sudah sepenuhnya ada di dalam kendali Death Cross.
“Oohhkk… oohh..” akhirnya Death Cross tidak tahan lagi, Setelah beberapa puluh menit lamanya persetubuhan itu berlangsung akhirnya pimpinan tertinggi NOE NAZI itu pun melepaskan spermanya ke dalam kemaluan Wonder Woman. Sambil melenguh-lenguh dengan suara berat, ia terus menekannya seolah ingin menuntaskan dendam birahi ke dalam tubuh Wonder Woman dengan kasar. Spermanya keluar sangat banyak hingga tak tertampung oleh liang Wonder Woman. Rembesannya keluar membasahi sprei.
“Oohhh….. aaahhhkkk… aaahhh….” Wonder Woman mengerang pelan. Rupanya Wonder Woman pun kembali mengalami orgasme. Kali ini tubuhnya menggelinjang hebat tak terkendali. Dalam hati Wonder Woman sedikit terkejut dan malu. Ia tak mengira akan sedemikian eksplisitnya orgasmenya nampak tanpa bisa disembunyikannya sama sekali. Ditambah lagi kenyataan bahwa mereka mengalami orgasme secara bersamaan. Death Cross yang mengetahuinya, segera mendekap tubuh wanita itu seerat-eratnya. Pinggulnya terus mendorong-dorong kemaluannya seakan ingin mendekam dan bersarang di kemaluan Wonder Woman, seakan ingin memompakan sisa-sisa sperma yang masih ada ke dalam rahim wanita super itu. Lalu diciuminya seluruh wajah Wonder Woman, dikulumnya dalam-dalam mulut wanita super itu seolah ingin menghargai apa yang telah mereka lalui bersama di ranjang itu. Wonder Woman yang sudah kecapaian tak kuasa menolaknya. Baru kali ini ia mengalami perasaan sepenuhnya dimiliki dan dikuasai oleh seorang lelaki.
Selama beberapa menit lamanya Death Cross mendekap tubuh telanjang super hero cantik yang sedang ditindihnya itu seolah sedang meresapi kehangatannya lebih lama sambil sesekali sibuk menciumi wajah Wonder Woman yang cantik. Wajah cantik itu trlihat merah padam karena malu dan terhina. Matanya yang indah memerah akibat menangis, sementara air mata mengalir di pipinya yang mulus. Meski begitu Wonder Woman mengakui kalau apa yang barusan dialaminya adalah sesuatu yang luar biasa yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Untuk beberapa saat gelombang orgasme yang melanda tubuhnya menyapu akal sehatnya, membuat tubuhnya seolah ingin merasakan sensasi itu lebih lama.
“Ohh… that was a bloody fantastic orgasm…” pikir Death Cross penuh kepuasan saat bangkit melepaskan dekapannya. Dibiarkannya tubuh telanjang Wonder Woman terbaring di ranjang. Saat itulah dia tertegun selama beberapa lama. Tubuh Death Cross seolah membeku ketika melihat sesuatu yang menarik pehatiannya.
“What a…” dia tertegun melihat sepria di daerah kemaluan Wonder Woman berwarna kemerahan. Dia baru sadar kalau dirinya telah merenggut keperawanan seorang wanita sakti. Death Cross tahu ada sesuatu yang terjadi padanya jika dia melakukan itu, tapi dia tidak tahu apa.
Wonder Woman terisak di ranjangnya, kehinaan luar biasa melanda tubuhnya seperti lumpur busuk yang diguyurkan ke sekujur tubuhnya. Akal sehatnya telah kembali, membuat dirinya bisa berpikir lebih jernih. Selama beberapa detik dia membulatkan tekadnya. Matanya menatap tajam penuh kebencian ke arah Death Cross yang sedang memunggunginya. Di luar dugaan Wonder Woman melompat menyerang Death Cross dari belakang.
“DUKK..!!” benturan keras terdengar. Wonder Woman terpekik tak percaya ketika Death Cross membalik dan menangkis serangannya. Tubuh telanjang wanita super itu terlontar menghantam tembok seperti didorong oleh kekuatan raksasa.
Selama beberapa saat, baik Death Cross maupun Wonder Woman terkejut pada apa yang terjadi dengan diri mereka masing-masing masing. Wonder Woman terkejut karena merasakan kekuatannya melemah, sedangkan Death Cross terkejut karena merasakan kekuatannya meningkat.
“Apa yang terjadi ..?” kata mereka bersamaan. Untuk beberapa saat keduanya saling pandang. Hanya beberapa saat, karena Wonder Woman kembali melompat ke arah Death Cross. Sebuah pukulan lurus mengarah ke wajah Death Cross. Dalam keadaan normal, Death Cross tidak akan selamat dari pukulan itu, tapi apa yang terjadi berikutnya membuat Wonder Woman kaget setengah mati. Death Cross tidak menghindar, tapi justru menangkap pukulan Wonder Woman dengan sebelah tangan.
“AAHHK…!” Wonder Woman menjerit keras saat Death Cross memelintir tangannya dengan bagitu mudah. Sesaat Death Cross bingung dengan kondisinya, tapi dia segera memahami situasinya.
“Dukk!!” pukulan keras menghantam rahang Wonder Woman sampai wanita cantik itu mencium lantai. Lalu sebuah tendangan keras melanda perut Wonder Woman membuat wanita super itu tersungkur.
“Ada apa Wondie..?” Death Cross tertawa penuh penghinaan. “Kehilangan sesuatu yang kau banggakan..?”
Wonder Woman terpana tidak mengerti dengan apa yang terjadi padanya. Sebuah pukulan lagi menghantam tubuhnya. Hal berikutnya yang dia rasakan adalah pukulan dan tendangan bertubi-tubi menghantam tubuhnya.
“Demi Dewa…!!” Wonder Woman menjerit kesakitan. “Apa yang terjadi padaku..?” ucapnya putus asa di tengah siksaan yang mendera tubuhnya.
“Kuberitahu apa yang terjadi padamu Wondie..” kata Death Cross meski dia sendiri tidak yakin. Tapi dari yang dirasakannya, persetubuhannya dengan Wonder Woman membuat sebagian kekuatan wanita super itu berpindah kepadanya sehingga kekuatan mereka sekarang seimbang.
“Kau baru saja kehilangan kekuatanmu setelah kuperawani.” Kata Death Cross gamblang. Wonder Woman terperanjat tak percaya.
“TIDAK MUNGKIN..!!” Wonder Woman menjerit tak percaya. “Kau bohong..!!”
“Buktikan saja kalau tidak percaya..” Death Cross tertawa. Wonder Woman mencoba kembali menyerang pria durjana itu. Tapi dengan mudah Death Cross menangkap dan membantingnya ke lantai. Dengan sebuah pukulan telak, Wonder Woman tersungkur ke lantai tak berdaya.
“Kau tahu Wondie..” Death Cross menjambak rambut hitam Wonder Woman dan menarik wajah cantiknya mendekat ke wajahnya sendiri. “Kau saat ini bukan siapa-siapa lagi, bukan apa-apa lagi. Kau saat ini tidak lebih dari seorang pelacur di sini. Kau dengar..?”
“Wonder Woman menggeleng ketakutan menatap wajah Death Cross, air matanya meleleh membasahi pipinya yang mulus.
“Dan kau tahu apa yang akan kulakukan padamu..?” tanya Death Cross dingin. “Aku akan menjadikanmu budak pemuas nafsu seksualku. Tidak sekedar untuk kutiduri, tapi juga harus melakukan semua jenis pekerjaan seksual yang kuinginkan. Menjadi penari telanjang, foto model telanjang, kalau perlupun kau akan kujadikan pemain film porno atau kujadikan pelacur untuk melayani tamu-tamuku.
Wonder Woman terkesiap mendengarnya. Ketakutannya yang terbesar kini menjadi kenyataan. Kehidupan gelap sekarang membentang di depannya. Dan dia merasa tidak ada harapan lagi setelah sadar kalau kekuatannya yang sangat dia andalkan kini sudah tidak ada lagi. Wonder Woman hanya terisak pelan ketika Death Cross meninggalkannya sendirian di kamar, telanjang dan putus asa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar